PENTERJEMAHAN  ilmu –ilmu Yunani ke dalam bahasa Arab, dan akhirnya ilmu kalam untuk membela Islam melawan klaim-klaim filsafat yunani, khususnya dalam wilyah ketuhanan, memaksa sarjana-sarjana muslim menguji dasar-dasar pengetahuan. Sarjana-sarjana kalam yang mengikuti al-Gazali , menolak pernyataan Yunani bahwa  pengetahuan  tentang realitas metafisika dapat dicapai melalui argument rasional. Mereka mengemukakan serangkaian proposisi metafisika yang didasarkan pada pemahaman mereka atas wahyu, Ibnu Rusyd , seorang filsuf muslim terkemuka, menunjukkan bahwa bagaimanapun juga derivasi yang dilakukan sarjana-sarjana kalam dari sumber wahyu adalah cacat . Perdebatan antara Ibnu Rusyd dan Al- Gazali , serta komentar sarjana-sarjana muslim seolahnya terhadap perdebatan ini, membawa watak problematika pernyataan-pertanyaan metafisika di lapis pertama perdebatan . 
Keterbatasan Argumen Rasional
Meskipun kaum filsuf maupun mutakalimum menerima logika Yunani sebagai suatu ilmu , namun sarjana mutakalimun menolak aspek-aspek substantif filsafat Yunani, khususnya studi tentang ketuhanan ( ilahiyah). Ketegangan antara filsafat dan kalam mencapai puncaknya pada perdebatan teoritis antara sarjana-sarjana muslim terkemuka . Abu Hamid Al-Gazali menulis kitab Tahafut Al- Falasifa ( keracunan kaum filsuf) untuk menolak karya-karya filsuf khususnya dalam bidang ketuhanan , sementara Abu al-Walid ibnu Rusyd (Averus) menulis buku Tahafut At- Tahafut ( Keracunan dari keracunan) yang sama –sama diberi nama dengan keracunan mutakalimun.
Adalah diluar jangkauan kajian ini untuk mengulas dua puluh penolakan yang dibahas dalam Tahafut. Kami akan lebih mengkaji salah satu argumen untuk memahami dasar-dasar keberatan Al Gazali . Persoalan pertama  yang dimunculkan al-Gazali untuk menolak tentang kaum filsuf adalah “ penolakan keyakinan tentang keabaian dunia”.
Pendekatan yang digunakan al-Gazali dalam penolakannya adalah dengan menjelaskan seluruh argument-argumen filsuf sebelum dia sendiri mengemukakan penolakan atau mengajukan argumen tandingannya. Kami akan mengikuti strategi       al-Gazali dan penyajiakan argument-argumen filsuf , sebagaimana dipaparkan al- Gazali , sebelum beralih kepada argumen-argumen al-Gazali sendiri.     
Argumen Para Filsuf
Guna memahami struktur argumen, dan dasar perselisihan antara Gazali mewakili mutakalimun dan para filsuf, kami akan meringkas argumen para filsuf. Dengan mengganti pernyataan-pernyataan kunci argumen itu dengan simbol, maka kita dapat memperoleh :
G         : Tuhan adalah Abadi
D         : Dunia adalah abadi
W        : Kehendak tuhan adalah abadi
P          : Kekuatan Tuhan adalah absolut
Arah utama argumen itu dapat dinyatakan sebagai berikut :
(1)   Jika Tuhan adalah abadi, maka kehendak-Nya adalah abadi dan kekuatannya absolut. Atau jika G, maka ( Wdan P)
(2)   Jika kehendak Tuhan abadi dan kekuatannya absolut, dunia adalah abadi. Atau jika F (Wdan P) maka D
(3)   Tuhan adalah abadi . Atau G 
(4)   Kehendak-Nya adalah abadi dan kekuatan-Nya absolut. Atau W dan P
(5)   Maka dunia adalah abadi. Atau maka D
Jika argumen diatas diringkas maka:
(1)   Jika G maka ( W dan P)
(2)   Jika (W dan P) maka D
(3)   G
(4)   W dan P
(5)   Maka D 
Perhatikan bahwa kedua argument baik yang dikemukakan filsuf maupun al-Ghozali semuanya adalah falid. Oleh karena itu, perselisihan sebatas terjadi pada penentuan premis(2).
Keberatan Al-Gazali
Keberatan al-Gazali terhadap argumen filsuf tidak diarahkan pada validitas bentuk atau strukturnya, tetapi kebenaran premisnya yang keduanya. Dengan mengganti premis yang dikemukakan al-Gazali dalam argumen diatas dengan premis filsuf yang terdapat dalam (2) , maka kita sampai pada :
JIka (W dan P) maka D . Secara sempurna bentuk argumen adalah sebagai berikut :
(1)   Jika G maka ( W dan P)
(2)   Jika ( W dan P) maka ~D
(3)   G
(4)   W dan p
(5)   Maka D
Akal Tanpa Kausalitas
Penolakan Ibnu Rusyd terhadap gagasan mutakallimun ala al Gozali , tidak terbatas pada bentuk argumen yang mereka gunakan dalam kajian ketuhanan, tetapi juga terhadap argumen yang mereka gunakan untuk memahami alam.Dalam Tahafut al-Falasiah,al-Gozali, meskipun menerima ilmu kealaman yang dikaji filsafat, dia menolak empat gagasan filsuf yang digunakan dalam kajian mereka.Salah satu gagasan itu adalah kuasalitas.
Al-Gozali secara khusus menolak adanya hubungan yang niscaya antara sebab dan akibat. Penolakan al-Gozali terhadap kausalitas didasarkan pada dua argumen. Pertama, bahwa tidak ada hubungan logis antara sebab dan akibat. Suatu hubungan niscaya mensyaratkan adanya entitas ketiga yang dihasilkan. Kedua,observasi hanya dapat menetapkan suatu hubungan , tetapi bukan suatu sebab akibat antara anteseden peristiwa atau objek dan konsekuennya. Argumen ini kemudian diulangi lagi oleh pemikir Barat , David Hume , yang menolak hubungan niscaya antara sebab dan akibat, tetapi dengan alasan yang sama sekali berbeda, Hume menolak keniscayaan hubungan sebab akibat , karena dia menggunakan suatu model pemikiran empiris murni , dengan menolak argumen-argumen metafisis  sebagai  argumen ilmiah, sementara al-Gozali menolak hubungan keniscayaan sebab akibat  karena dia khawatir pengakuan atas hubungan sebab akibat yang niscaya akan berakibat pada penolakan kemungkinan keajaiban. Penolakanal-Gozali  terhadap kausalitas oleh ibnu Rusyd diterima dengan kekhawatiran. Karena dia menganggap pendirian al-Gazali bukan hanya tidak seharusnya karena hendak mengakui Allah sebagai pencipta pembuatan tertinggi, tetapi juga sangat berbahaya bagi Ibnu Rusyd, penolakan kuasalitas sama dengan penolakan struktur dasar penalaran manusia, dan oleh karena itu juga penolakan terhadap pengetahuan secara keseluruhan.
Ibnu Rusyd tidak melihat adanya kotradiksi antara keyakinan terhadap pencipta sebagai sebab tertinggi dan sebagai sumber seluruh perbuatan dan peristiwa, dengan penerimaan hubungan kuasal yang niscaya. Bagaimanapun juga segala sesuatu memiliki sebab dan akibat , karena ia diciptakan dan diberikan sifat serta akibat oleh Allah.
Kritik Logika Yunani
Diatas kita telah melihat bahwa mutakallimun mampu mengapreseasi logika Yunani dan menggunakannya dengan sukses sebagai senjata untuk meruntuhkan projek filsuf-filsuf muslim. Namun, meski mutakallimun mampu menghentikan penetrasi budaya Yunani dengan nilai-nilai dan simbol-simbol paganistiknya , pada saat yang sama mereka menghancurkan capaian-capaian ilmiah para filsuf dalam bidang kedokteran ,matematika, fisika, dan ilmu-ilmu lain. Ini karena mutakallimun membatasi peran akal untuk membela keyakinan, seraya menolak penggunaan akal secara positif di luar wilayah syariah.
Ibnu Taimiyah , bagaimanapun menolak gagasan yang dikemukakan al-gazali bahwa logika adalah ilmu yang esensial dan niscaya . Dia mengatakan bahwa meskipun logika bukan sama sekali tidak memiliki prinsip-prinsip yang kuat, logika mencakup prinsip-prinsip yang lemah dan tidak memiliki landasan. Ibnu Taimiyah berpendirian bahwa kajian logika tidak perlu diwajibkan kepada mereka yang mencari ilmu, tidak hanya karena ia mencakup gagasan-gagasan yang tidak memiliki landasan, tetapi juga karena prinsip-prinsip logika yang kuat terdapat dalam penalaran manusia itu sendiri secara fitriyah. Menurutnya, prinsip-prinsip penalaran diketahui oleh seluruh manusia, sehingga tidak membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu independen . Kritik dasar ibnu Taimiyah terhadap logika dapat diringkas dalam tiga poin berikut ini :
Pertama , reduksi penalaran kepada tiga proses : silogisme , induksi, dan analogi , serta menolak metode-metode penalaran lainnya adalah tidak dibenarkan . Karena ahli logika tidak membuktikan bahwa akal tidak dapat menggunakan proses lain untuk memperoleh pengetahuan .
Kedua, pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan logika tidak niscaya merespresentasikan pengetahuan tentang realitas , tetapi ia dapat menjadi pengetahuan yang murni subyektif. Ini Berarti Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa logika kehilangan metode yang diperlukan untuk memverifikasi hubungan antara kata dan objek.
Akhirnya, meskipun operasi logika menghasilkan pengetahuan yang pasti ( qat’i), orang tidak perlu mengkaji operasi ini dibawah suatu ilmu logika karena prose situ telah terbukti dengan sendirinya.
Kritik Ibnu Khaldun
Sebagaimana al-Gazali dan Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun menolak filsafat Yunani. Namun dalam menolak filsafat, tidak seperti al-Gazali, Ibnu Khaldun tidak memfokuskan pada persoalan-persoalan substantif tetapi mengarahkan kritiknya pada metode.Dia berpendapat bahwa logika , sebagai perangkat dan metode penalaran, tidak cukup memadai untuk mengkaji realitas dan ketuhanan.
Menurut gambaran yang dipaparkan Ibnu Khaldun, logika bertujuan mengkonstruksi suatu sistem konseptual dimana konsep-konsep dibuat dengan mengabstraksikan dari yang konkrit dan partikular, yakni empiris (mahsus) Konsep-konsep universal dan abstrak (mujarrad) yang dikontruksi oleh pikiran manusia untuk elemen-elemen yang digunakan oleh intelek manusia untuk memahami realitas.Namun, menurut Ibnu Khaldun, penalaran deduktif yang mengambil bentuk argumen dan silogisme serta merupakan esensi logika Yunani, tidak memadai untuk mengkaji fenomena alam maupun metafisis. Penalaran deduktif , inti logika Yunani , tidak memadai untuk mengkaji alam karena ia tidak memiliki mekanisme yang memungkinkan untuk menghubungkan antara konstruksi mental dengan objek-objek empiris, dan memverifikasi hubungan antara konsep-konsep akal universal dan fakta-fakta realitas konkrit.
Keterbatasan logika Yunani lebih jelas ketika aturan-aturan logika digunakan untuk memverifikasi keberadaan hal-hal metafisis dan memahami esensinya. Ini karena tidak adanya hubungan antara pemikiran dan ada (beings), bahkan pada tingkat pemahaman yang sederhana. Maka dalam hal ini, kategori-kategori pikiran yang digunakan untuk mengkontemplasikan hal-hal yang metafisis diperoleh dari realitas empiris. Oleh karena itu,penggunaan logika Yunani untuk memahami dunia metafisik itu lebih problematis dibanding untuk memahami dunia empiris, karena disini kita bukan hanya dapat menetapkan hubungan antara proposisi dan realitas, tetapi bahkan kita tidak memiliki cara untuk memverifikasi keberadaan objek-objek metafisis itu sendiri.    

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini