MASYARAKAT SEBAGAI PROSES INTERAKSI

Written by aren giff 0 komentar Posted in:


MASYARAKAT
SEBAGAI PROSES INTERAKSI

Kedua  pandangan  masyarakat sebelumnya, (yaitu  organisisme dan  mekanisisme ) bersifat ekstrem .Antara keduanya terdapat kesamaan dan perbedaan .
Kesamaan antara mereka ialah kebebasan manusia dalam membangun  sendiri masyarakat dan tanggung jawab atas hasilnya tidak diakui kedua-keduanya .Kehidupan bersama dipandang sebagai akibat dari obyektif dari hukum-hukum obyektif yang berperan lepas dari kemauan subyektif.
Perbedaan  antara  organisisme dan mekanisisme menyangkut konsepsi masyarakat dan gejala sosial .Organisisme memandang  masyarakat  sebagai kesatuan hidup dimana individu –induvidu  menempati  kedudukan  bawahan (subordinate ) dan fungsional  bagaikan organ-organ badan . Mekanisisme  memandang masyarakat sebagai perhimpunan induvidu –induvidu ,yang masing –masing berdiri sendiri dan hanya atas cara lahirnya interaksi satu dengan yang lain .
Kami tidak membantah bahwa kedua pandangan masyarakat mengandung kebenaran yang sesuai dengan kenyataan empiris .Justru oleh karena hidup masyarakat mempunyai dua aspek, yaitu satu obyektif dan lain subyektif, maka ada kemungkinan untuk hanya melihat dan menekan satu aspek saja . Sosialitas manusia atau timbul pandangan yang meneropongi kehidupan sosial dari segi induvidualitas manusia . Lagi pula  dalam praktek ada dua tipe masyarakat .Tipe pertama bercorak lebih kolektivistis ,yang kedua lebih induvidualistis.
Dalam  tipe masyarakat kolektivistis induvidu amat dikekang oleh struktur-struktur sosial .Hanya sedikit kebebasan diizinkan kepadanya. Kolektivitas meraja secara menyolok ,sehingga induvidu tidak memikirkan, merencanakan atau membuat sesuatu lepas dari apa yang dikehendaki oleh masyarakat. Tipe masyarakat yang lebih induvidualitis  menonjol peranan penting induvidu .Hak –hak asasi tiap –tiap insan diproklamasi dan diperjuangkan .Kebebasan politik,kebebasan politik ,kebebasan berorganisasi ,kebebasan pers dan lain-lain dipentingkan dan diberikan penafsiran yang luas.
Pandangan masyarakat yang menghindari kedua perangkap yaitu :organisisme dan mekanisisme, bersifat seimbang harus menyatu–padukan baik unsur kesaling tergantungan dan kesaling terjalinan anggotanya,hal mana terungkap dalam metaphor “badan “ maupun unsur berdikarian atau kemandirian  individual mereka terungkap dalam dalam metaphor” mekanisisme .Keterikatan dan kebebasan harus disatukan !pandangan ini harus merupakan suatu via media antara dua ekstrem.
Pertama , pandangan  masyarakat yang seimbang itu akan menentang tuntunan baik dari organisisme dan mekanisisme ,bahwa kehidupan sosial  adalah perilaku yang lepas dari kemauan bebas dan tanggung jawab anggotanya .Determinisme yang mencirikhaskan kedua pandangan ekstrem ,akan ditolak .Pengandaian yang mengatakan manusia tidak bebas dan perilakunya ditentukan oleh hukum dan naluri yang diluar controlnya tidak diterima.
Kedua ,pandangan masyarakat yang seimbang itu akan menentang kepercayaan organisisme ,bahwa hanya masyarakat sungguh berakti .Tidak dibenarkan ,bahwa induvidu menduduki tempat kedua dan tidak mempunyai identitas selain yang diberikan oleh masyarakat.
Ketiga,pandangan masyarakat yang seimbang tidak dapat menerima kepercayaan mekanisisme ,bahwa hanyalah individulah sungguh berakti dan masyarakat tidak lebih relasi-relasi yang dari luar ditambahkan kepada individu
            Dalam bab-bab barikut kita akan berkenalan dengan sosiolog-sosiolog yang menggumuli masalah hubungan individu masyarakat.

A.     GEORGE SIMMEL (1858-1918)

 Masyarakat sebagai  proses interaksi
            Dalam merumuskan hakikat masyarakat atau kelompok sosial keduanya tidak dibedakan olehnya dengan tegas  __Simmel menjauhkan diri dari organisisme ,yang memberikan status ontologis kepada realitas sosial dan berangggapan bahwa realita sosial berdiri di luar individu .Ia mengatakan ,bahwa menurut penampakanyan dan kesan kita masyarakat menpunyai “ada” dalam diri sendiri dan dikuasai oleh hukumnya sendiri .kelompok –kelompok sosial seperti gereja ,negara,partai politik nampaknya saja sebagai realitas obyektif yang dari luar anggotanya berhadapan dengan mereka. sebenar tidak demikian. 
Kalau kita memdalami dan menguraikan kehidupan sosial ,maka nyatalah tidak ada kelompok yang mempunyai hidup dalam dirinya dari anggotanya . tidak ada hasil ciptaan manusia yang tercerai dari kesadarannya.
Namum  demikian .kita tidak boleh menarik kesimpulan seperti dibuat oleh mekanisisme ,bahwa hanya induvidu-individu yang memikirkan diri sebagai masyarakat. Seandainya masyarakat tidak melebihi jumlah individu ,gagasan –gagasan seperti bangsa ,gereja ,partai,hukum ,bahasa dan lainlain kehilangan bobot mereka Sosiologi akan menjadi psikologi  tanpa obyek sendiri .Jadi  Simmel   menjauhkan diri dari mekanisisme juga.Sekalipun masyarakat bukan badan yang berdiri sendiri ,kita boleh mengatakan ,bahwa masyarakat bukan kesatuan obyektif .Dalam penjelasan atas pernyataan ini  Simmel telah memberikan beberapa pengertian dasar kepada ilmu sosial modern.
            Pertama ,masyarakat terdiri dari jaringan relasi-relasi antara orang,yang menjadikan mereka bersatuu .masyarakat bukan badan fisik ,juga bukan bayangan saja didalam kepala mereka ,melainkan sejumlah pola perilaku yang disepakati dan ditunjang bersama .Pengertian ini dinamakan  Sosiologi theory of action (teori tindakan ). Interaksi anggota yang bertumpu pada konsepsi-konsepsi dan pola-pola perilaku yang ditunjang bersama,itulah satu-satunya titik tolak agar kita mencapai suatu pengertian akan masyarakat yang sebenarnya..
Terdorong dari dalam batin oleh bermacam-macam kebutuhan dan tujuan manusia mencari kontak dengan orang lain .Misalnya kebutuhan akan berkomunikasi membuat dia menghubungi orang lain untuk mencari dan pada akhirnya menyepakati salah satu system symbol-simbol yang disebut bahasa atau hal yang serupa. Komunikasi adalah salah satu interaksi ,dimana para partisipan memakai bahasa atau symbol –simbol lain,yang disepakati bersama atau setidak-tidaknya diterima bersama .Melalui sarana-sarana itu mereka saling mempengaruhi ,kebutuhan akan pertahanan diri ,rekreasi ,pemuasan seksual ,prokreasi ,pendidikan anak ,hubungan dengan Tuhan ,sandang pangan dan banyak hal lain,mempertemukan orang kedalam  relasi-relasi timbal balik yang bentuknya ditetapkan sedemikian rupa ,hingga kurang lebih mengikat bagi mereka .Kalau interaksi berlangsugn dengan memakai sarana-sarana dan atas cara yang diakui bersama ,kehidupan sosial tampak.
Kedua ,Relasi-relasi aktif antara orang yang berkelompok atau bermasyarakat ,tidak semua sama sifatnya.Relasi-relasi itu dapat mengarah kepada community(Gemeinschaft ,paguyuban ) atau kepada association (gesellschaft,patembayan) .Sama seperti Ferdinand tennis ,simmel juga mengatakan bahwadi zaman sekarang ada kecenderungam untuk menggantikan pola relasi  bersifat afektif dan personal (gemeinschaft) dengan pola bersifat fungsional dan rasional.
Ketiga,  kesatuan-kesatuan sosial tidak hanya terbentuk dari relasi-relasi intergratif dan harmonis.Demi tercapai suatu strukturisasi sosial yang sehat ,maka kritik ,oposisi ,persaingan dan sikap iri hati sama diperlukan seperti kesesuaian paham ,partisipasi dan persahabatan.
Keempat ,  tidak semua semua kesatuan sosial lama waktu dan intensitas yang sama. Ada kelompok yang mempunyai frekuensi interaksi dan kadar intergrasi yang tinggi ,tetapi juga ada yang mempunyai intergrasi dan interaksi yang rendah .Semakin pentinglah yang mempertemukan orang yang dalam relasi-relasi timbal balik semakin cepat juga relasi –relasi itu dilembagakan (menjadi pranata).

1.                  Sosiologi formalistis.
Pada awal abad ini sosiologi menghadapi masalah untuk menentukan dan menegaskan obyeknya .Dari segi formal manakah sosiologi mempelajari kelakuan manusia? Suatu ilmu pengetahuan baru berdiri-sendiri,kalau mempunyai obyek yang tidak dipelajari oleh disiplin lain atau mempunyai segi pandangan atas yang tidak disoroti oleh disiplin yang lain. Dalam menangani masalah ini  Simmel menyadari bahwa ilmu kedokteran ,ilmu pendidikan ,etika ,agama ,ilmu ketatanegara ,hukum ,psikologi ,ekonomi,dan lain-lain berkaitan dengan interaksi orang yaitu cara mereka saling mempengaruhi dan hidup masyarakat .Bahkan hal-hal umumnya disangka subyektif melulu ,seperti selera atau perasaan ,takdapat dipisahkan darirelasi-relasi sosial.
Namun demikian ,pernyataan atau kesadaran ini belum membenarkan atau mengesahkan Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan otonom. Kalau kita katakana bahwa ekonomi dan politik atau agama dan seterusnya berkaitan erat dengan relasi-relasi sosial ,kita belum  menemukan dan merumuskan obyek Sosiologi  yang Khas. Semua “human sciences “ mempelajari relasi-relasi yang timbal balik !sosiologi mau mempelajari apa? Lalu Simmel membuat pembedaan antara isi  dan relasi-relasi itu dan bentuknya.Isi relasi –relasi sosial dipelajari oleh ilmu politikj ,ilmu ekonomi ,dan ilmu-ilmu yang sudah ada ,sedangkan bentuk   merupakan obyek Sosiologi.
            Dengan isi interaksi dimaksud Simmel yakni tujuan yang mau dicapai__ misalnya produksi atau distribusi barang --- ,motivasiatau dorongan pkisis lainnya yang mengairahkan perilaku orang --- misalnya ambisi ,sifatrakus ,rasa tanggung jawab ---, atau kebutuhan yang hendak dipuaskan .Juga termasuk isi interaksi semua harta ,kekayaan ,kebudayaan ,seperti bahasa,hukum,kaidah etik ,adat istiadat ,serta lembag-lembaga sosial yang lain seperti keluarga ,sekolah lembaga kesehatan dan sebagainya.Dengan  Bentuk interaksi dimaksudkan yakni jenis relasi-relasi yang tertampak dari interaksi orang.Jenis-Jenis atau bentuk relasi yangdisebut oleh  Simmel ialah  Superordinasi (relasi atasan dengan bawahan ) ,subordinasi (relasi bawahan denga atasan),kerukunan ,persaingan ,perwakilan,kepartaian ,relasi defensive (bela diri) ,persahabatan ,irihati, dengki, ramah-tamah ,dan relasi yang bersifat memikat (kokoteri).
B.                 THORSTEIN VEBLEN (1857-1929)

Konsepsi dinamis .tentang manusia dan masyarakat.
Veblen membenarkan dalam diri manusia ada “naluri – naluri yang berpengaruh atas kelakuannya ,tetapi tidak menentukan kelakuan itu .Kelakuan manusia tidak bersifat mekanis dan determininistis .Manusia sendiri menentukan apa yang dibuat olehnya. Oleh Pareto Naluri-naluri hanya membentuk suatu predisposisi atau mengairahkan manusia agar memikirkan dan mengusahakan tujuan-tujuan tertentu .Tetapi manusia tidak setarafkan dengan mereka .Akal budi dan cirikepribadiannya selaku suatu daya kreatif menentukan corak hidupnya didunia ini. Veblem membedakan empat naluri yang berpengaruh atas kelakuan orang yaitu :
a.       Kecenderungan untuk tahu (idle curiosity )
b.      Kecenderungan menjadi produktif  yaitu menghasilkan sesuatu
c.       Kecenderungan untuk membajak yang mendorong orang untuk menikmati barang tanpa bekerja .
d.      Kecenderungan untuk bersikap baik terhadap kaum kerabat dan sesame.
Tiga hal dihasilkan oleh kerja yaitu :
1)      Kepuasan , sebab ia pekerja mendobrak keadaan yang tertutup dimana ia selalu sibuk dengan diri sendiri , dan menjadi kreatif .
2)      Penghasilan , dan
3)      Kehormatan , sebab masyarakat menghormati mereka yang berhasil .
Unsur ketiga ini dapat membawa masalah juga . Orang yang berhasil sering menjadi sombong . Sama sebagaimana kerjasama dengan orang lain menghasilkan kepuasan dan kerukunan , demikian kehormatan dan gengsi mencerai beraikan orang dan menjadi sumber ketidak puasan dan kecemasan . Orang yang lebih berhasil merasa diri lebih baik dari pada orang lain . Perlombaan dan persaingan memasuki masyarakat damai . Lalu timbul pikiran , bahwa orang dapat menjadi kaya dan terhormat tidak hanya melalui kerja keras , melainkan juga dengan korupsi dan merampas milik orang lain . Umumnya mata rakyat biasa disilaukan oleh kekayaan yang dipamerkan seseorang . Mereka tidak mempersoalkan asal –usulnya . Rakyat mengagumi orang yang mempunyai barang yang mereka sendiri tidak miliki . Dengan masuknya unsur ketiga ini, masyarakat beralih kepada tahap kedua atau tipe kedua , yaitu masyarakat yang mencari penghasilan dengan memakai jalan agresi , pengisapan , korupsi , dan lain sebagainya. Daalm tipe masyarakat ini orang dirangsang oleh kerja produktif diganti dengan gaya hidup komsumtif . Kerja tangan dianggap “ kasar” , “rendah” , dan “ melelahkan” . Di Zaman primitif , yaitu zaman barbarisme , pemerasan dilakukan oleh serdadu –serdadu dan golongan imam. Sebetulnya tidak ada perbedaan prinsip antara hidup berburu dengan hidup  berperang . Baik pemburu maupun serdadu hendak menuai dimana mereka tidak menabur . Penghasilan berasal dari pemakaian senjata . Kaum wanita , yang masih dihormati di masyarakat damai , dianggap lebih rendah dari pada kaum pria di masyarakat dimana predatory instinct menyolok . Ada suku pemburu dimana orang laki-laki tidak mau membawa hasil buruan ke rumah , sebab pekerjaan semacam itu memalukan . Untuk perempuan di suruh !.
Veblen mempunyai pendapat amat negatif mengenai masyarakat modern, yang menonjolkan naluri agresif manusia . Kita tidak boleh lupa , bahwa Veblen mengarang buku di waktu kondisi kaum buruh amat menyedihkan . Ditengah –tengah kemiskinan yang merajalela hidupnya segelintir oknum yang oleh Veblen dinamakan The leisure class 
D. CHARLES HORTON COOLEY (1864-1929)
1.Masyarakat dan individu
            Di tegaskan oleh cooley, bahwa masyarakat dan individu bukan dua realitas yang brdiri terpisah,melainkan dua sisi atau segi dari realitas yang satu dan sama. Keduanya adalah bagaikan kedua sisi keeping uang, yang tidak mungkin terpisahkan. Realitas tunggal itu adalah hidup manusia, hidup itu bisa di pandang dari segi individualitasnya,atau dari segi sosialitasnya, dari segi keunikannya sejauh pada tiap-tiap orang ada hal-hal yang tidak ada pada orang lain, atau dari segi kesamaannya dengan orang lain.pembedaan antara individualitas dan sosialitas di lakukan oleh akal budi manusia. Manusia membuat abstraksi dan menuangkan hasilnya ke dalam konsep-konsep seperti “individu” dan “masyarakat”. Konsep-konsep abstrak itu hanya mewakili salah satu aspek saja, yaitu aspek yang secara analistis, bukan secara ontologis, di ceraikan dari suatu kesatuan yang tak terbagikan. Aspek mana di tinjau oleh akal budi itu tergantung dari arang yang meninjau. tetapi di dalam kenyataannya di luar kesadaran, hidup manusia tidak bersifat mendua.individu dengan fikirannya, kemauannya, perasaannya, tutur katanya, dan masyarakat dengan kebudaaannya saling bergantungan sedemikian rupa, hingga yang satu tak mungkin ada tanpa yang lain. Mereka saling mengandalkan dan saling menunjang. Dengan kata lain, di luar msyarakat individu tidak mempunyai eksistensi sebagai manusia, sama di luar individu-individu tidak ada masyarakat. Socialitas bukan suatu ekstra yang di tambah pada hidup individual, melainkan jiwanya. Individu tidak di lengkapi oleh masyarakat, melainkan di jadikan manusia. Hidup pribadi manusia bercorak social, sama seperti kehidupan social bercorak pribadi, yaitu terjalin lahir batin dengan pikiran, kemauan, dan perbuatan pribadi-pribadi.
            Menurut cooley, sifat dasar kesosialan manusia mengandung arti yang lebih mendalam. Bukan saja “manusia harus solider” supaya dapat mencapai kepenuhan kamanusiaannya, melainkan “manusia adalah solider”. Maksunya adalah bahwa nilai-nilai yang membentuk kemanusiaannya dan tujuan-tujuan yang di usahakannya, tidak bersifat pribadi, melainkan milik bersama. Tiap-tiap individu menimba dari suatu khazanat umum yang mengungguli individualitasnya.
F. FERDINAND TOENNIES (1855-1936)
Dua tipe masyarakat
            Masyarakat adalah karya ciptaan manusia sendiri. Hal ini di tegaskan oleh toennies dalam kata pembukaan bukunya. Masyarakat bukan organime yang di hasilkan oleh proses-proses biologis. Juga bukan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian individual yang masing-msing berdiri sendiri, sedang mereka di dorong oleh naluri spontan yang bersifat menentukan bagi manusia. Masyarakat adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi-relasi timbale balik yang mantap. Kemauan manusia mendasari masyarakat.
            Berkenaan dengan itu toennies membedakan antara Zweckwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai suatu tujuan, dan Triebwille, yaitu dorongan batin berupa perasaan. Kita bicara tentang Zweckwille, apabila orang hendak mencapai tujuan tertentudan mengambil tindakan rasional kea rah itu, suatu no nonsense mentality menuntun orangnya dalam merencanakan langkah-langkah tepat untuk mencapai tujuan itu.
            Triebwille meliputi sejumlah langkah atau tindakan, yang tidak berasal dari perhitungan akal-budi melulu, melainkan dari watak, hati, atau jiwa orang yang bersangkutan. Triebwille bersumber pada selera, perasaan, kecendrungan psikis, kebutuhan biotis, tradisi atau keyakinan orang. Misalnya, orang bekerja sama karna senang dengan keramaian, atau karena ingin belajar, atau mau menolong, atau merasa diri berguna,kreatif dan sebagainya. Pascal, seorang filsuf perancis, pernah berkata, bahwa hati manusia mempunyai logikanya sendiri, yang sering tidak di mengerti atau mungkin mempertanggungjawabkan oleh pikiran rasional.
            Triebwille paling menonjol di kalangan kaum petani,orang seniman, rakyat sederhana, khususnya wanita, dan generasi muda. Zweckwille lebih menonjol di kalangan pedagang, ilmuwan, dan pejabat-pejabat. Umumnya orang-orang tua lebih bersikap rasional dan berkepala dingin dari pada orang muda.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini